Israel dan Hamas Sepakati Genjatan Senjata Usai 15 Bulan Perang, Ini Sejarah Konflik di Palestina
Diperbarui: Diterbitkan:
Anak-anak di Palestina. (credit: pixabay/hosnysalah)
Kapanlagi.com - Setelah 15 bulan penuh gejolak dan pertumpahan darah yang merenggut puluhan ribu nyawa di Jalur Gaza dan Israel, akhirnya sebuah cahaya harapan muncul. Pada Rabu, 15 Januari 2025, kedua belah pihak sepakat untuk mengakhiri konflik melalui gencatan senjata yang sangat dinanti-nanti. Kabar ini disambut dengan sorak-sorai di seluruh wilayah, menandai akhir dari perang yang telah menghancurkan dan memberikan secercah harapan untuk perdamaian yang lebih baik.
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, mengonfirmasi bahwa kesepakatan ini tidak hanya mencakup pembebasan sandera, tetapi juga penarikan pasukan Israel serta pengiriman bantuan kemanusiaan yang masif ke Gaza. Fase pertama gencatan senjata ini akan berlangsung selama 42 hari, dengan fokus utama pada perbaikan kondisi kemanusiaan yang sangat memprihatinkan.
Di seluruh dunia, para pemimpin menyambut gembira terobosan ini dan mendesak agar kesepakatan ini dilaksanakan dengan penuh komitmen. Harapan besar kini tertumpu pada upaya bersama untuk membangun kembali Gaza dan menciptakan stabilitas di kawasan Timur Tengah. Mari kita simak informasi selengkapnya, dirangkum Kapanlagi.com pada Kamis (16/1).
Advertisement
1. Kronologi Konflik Israel-Hamas
Ketegangan yang berkepanjangan antara Israel dan Hamas mencapai puncaknya pada Oktober 2023, ketika Hamas meluncurkan serangan besar-besaran ke wilayah Israel, memicu respons militer yang dahsyat dari Israel di Jalur Gaza. Akibatnya, infrastruktur hancur lebur dan krisis kemanusiaan semakin parah, menewaskan lebih dari 46.000 jiwa di Gaza dan 1.200 warga Israel dalam 15 bulan konflik yang penuh duka ini.
Sejarah panjang sengketa Israel-Palestina, yang meliputi isu pendudukan, hak pengungsi, dan status Yerusalem, terus membara di tengah kritik internasional terhadap operasi militer Israel, sementara Hamas dituduh menggunakan strategi yang membahayakan nyawa warga sipil.
Namun, pada akhir 2024, harapan mulai muncul ketika upaya mediasi internasional, dengan Qatar dan Mesir di garis depan, mulai membuahkan hasil. Negosiasi yang intens akhirnya berujung pada kesepakatan gencatan senjata yang diumumkan pada Januari 2025, menandai langkah awal untuk pembebasan sandera dan perbaikan kondisi kemanusiaan di Gaza.
"Rakyat Palestina telah melewati penderitaan yang luar biasa, terlalu banyak nyawa tak bersalah yang hilang, terlalu banyak komunitas yang hancur. Dengan kesepakatan ini, rakyat Gaza akhirnya dapat pulih dan membangun kembali," ungkap Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, dalam pernyataannya yang menggugah harapan baru.
(Duh! Onad lagi-lagi terjerat kasus narkoba dan diamankan pihak kepolisian.)
2. Fase Pertama Gencatan Senjata
Fase pertama gencatan senjata yang dinanti-nanti ini akan berlangsung selama 42 hari, menandai penghentian total operasi militer dan pembebasan 33 sandera Israel oleh Hamas. Sebagai balasannya, Israel akan melepaskan sejumlah tahanan Palestina yang terkurung akibat konflik berkepanjangan.
Dalam momen bersejarah ini, bantuan kemanusiaan dalam skala besar akan mulai mengalir ke Gaza, membawa harapan baru berupa pasokan makanan, air, bahan bakar, dan obat-obatan.
Rumah sakit yang porak-poranda akibat peperangan akan diperbaiki, dan ribuan warga Gaza akan diizinkan kembali ke pelukan rumah mereka. Langkah ini diharapkan mampu meredakan krisis kemanusiaan yang semakin mendesak.
Organisasi internasional, termasuk PBB, akan mengawasi jalannya kesepakatan ini, memastikan bahwa bantuan dapat mengalir tanpa hambatan dan kebutuhan mendesak warga Gaza terpenuhi.
3. Asal Usul Konflik Israel-Palestina
Sejarah konflik Israel-Palestina bermula dari pendudukan Inggris di Palestina pada awal abad ke-20, di mana Deklarasi Balfour tahun 1917 menjadi titik balik dengan dukungannya terhadap pembentukan negara Yahudi di tanah yang sama.
Migrasi besar-besaran masyarakat Yahudi ke wilayah tersebut menciptakan ketegangan yang semakin memuncak, terutama setelah lahirnya negara Israel pada tahun 1948.
Penolakan negara-negara Arab terhadap keberadaan Israel memicu serangkaian perang, termasuk Perang Enam Hari tahun 1967 yang berujung pada pendudukan Israel atas Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem Timur—wilayah-wilayah yang kini menjadi pusat konflik berkepanjangan.
Di tengah ketegangan ini, gerakan Hamas muncul pada tahun 1987 sebagai simbol perlawanan terhadap pendudukan. Meski berbagai upaya perdamaian, seperti Perjanjian Oslo tahun 1993, telah dilakukan, situasi tetap rumit dengan blokade Gaza dan operasi militer yang terus berulang, menambah derita di kawasan yang sudah lama dilanda konflik ini.
4. Dukungan Internasional untuk Perdamaian
Kesepakatan gencatan senjata ini disambut hangat oleh para pemimpin dunia, menciptakan harapan baru di tengah ketegangan yang berkepanjangan. Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi, mengajak semua pihak untuk segera mempercepat pengiriman bantuan kemanusiaan, sementara Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyerukan agar momen ini dimanfaatkan untuk meraih perdamaian yang langgeng.
Di sisi lain, Presiden AS, Joe Biden, menegaskan urgensi menghentikan kekerasan dan memberi kesempatan kepada rakyat Gaza untuk membangun kembali hidup mereka. Uni Eropa pun siap memberikan dukungan untuk rekonstruksi Gaza dan mendorong solusi dua negara.
Sementara itu, negara-negara Arab seperti Qatar dan Turki menekankan bahwa mengakhiri pendudukan Israel adalah kunci untuk menciptakan stabilitas di kawasan. Gencatan senjata ini dianggap sebagai langkah awal yang menjanjikan menuju penyelesaian konflik yang lebih menyeluruh.
5. Rencana Rekonstruksi Gaza
Dalam langkah berani menuju pemulihan, fase akhir kesepakatan ini akan memusatkan perhatian pada rekonstruksi Gaza, dengan fokus pada pembangunan kembali infrastruktur vital seperti rumah, sekolah, dan fasilitas kesehatan.
Dengan dukungan bantuan internasional yang terkoordinasi, diharapkan warga Gaza dapat kembali menjalani kehidupan normal setelah menghadapi perang yang berkepanjangan. Selain itu, program jangka panjang untuk memperkuat ekonomi lokal dan menciptakan lapangan kerja juga menjadi sorotan, bertujuan mengurangi ketergantungan pada bantuan luar.
Semua upaya ini diharapkan mampu mengubah Gaza dari zona konflik menjadi wilayah yang stabil dan produktif. PBB dan berbagai organisasi kemanusiaan pun menyerukan peningkatan pendanaan untuk mendukung inisiatif ini, sementara negosiasi lanjutan akan dilakukan demi memastikan keberlanjutan perdamaian di kawasan yang penuh harapan ini.
6. Apa isi kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas?
Dalam sebuah langkah yang penuh harapan, kesepakatan baru ini mencakup gencatan senjata yang diharapkan dapat meredakan ketegangan, pembebasan sandera yang menyentuh hati, penarikan pasukan yang membawa harapan akan perdamaian, serta pengiriman bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan ke Gaza.
7. Mengapa konflik Israel-Palestina terus berlangsung?
Konflik ini muncul dari akar yang dalam, yaitu pendudukan yang berkepanjangan, perbedaan klaim atas wilayah yang menjadi rebutan, serta ketegangan sejarah yang masih menyisakan luka lama.
8. Apa dampak perang 15 bulan di Gaza?
Konflik yang berkepanjangan telah menelan ribuan nyawa, menghancurkan infrastruktur vital, dan menciptakan krisis kemanusiaan yang mengkhawatirkan, meninggalkan jejak duka dan penderitaan yang mendalam di tengah masyarakat yang terpaksa berjuang untuk bertahan hidup.
9. Apa rencana rekonstruksi Gaza?
Rekonstruksi ini meliputi pembangunan kembali infrastruktur yang hancur, pengiriman bantuan yang diperlukan, serta upaya untuk mengangkat ekonomi lokal agar bangkit kembali dengan semangat baru.
(Siapa itu Sabrina Alatas, sosok yang sedang trending dan jadi sorotan netizen.)
(kpl/rmt)
Ricka Milla Suatin
Advertisement
-
Teen - Lifestyle Gadget Deretan Aksesori yang Bikin Gadget Gen Z Makin Ciamik, Wajib Punya Nih!
