Advertorial

Mindset Revolusioner: Cara Berpikir Baru Jadi Kunci Kebangkitan Musik Makassar

Mindset Revolusioner: Cara Berpikir Baru Jadi Kunci Kebangkitan Musik Makassar Ardi Siji. (c) Istimewa

Kapanlagi.com - Presented by A Mild

Industri musik Makassar lagi ada di fase yang seru banget. Bukan cuma karena makin banyak band baru yang muncul dengan karakter unik, tapi juga karena para pelaku kreatifnya mulai berani ngobrol lebih jujur soal tantangan dan peluang di kota sendiri. Hal itu terasa jelas dalam talkshow "Open Studio Riuh 2", yang mempertemukan empat figur dengan latar berbeda: Ardi Siji, Juang Manyala, Dian Megawati, dan Mistry.

Diskusi ini bukan sekadar nostalgia atau pamer pencapaian. Justru sebaliknya, obrolan berkembang jadi ruang refleksi tentang bagaimana ekosistem musik Makassar tumbuh, apa saja yang masih mengganjal, dan kenapa cara berpikir jadi faktor paling krusial ke depan. Penasaran dengan isi obrolan mereka? Check this one out, KLovers!

Mindset, Bukan Lagi Masalah Peluang

Ardi membuka ruang diskusi tentang industri musik di Makassar dari sisi dampak. Menurutnya, geliat tersebut mulai terlihat dari penjualan merchandise yang laku keras.

"Kalau saya kalau ngomong industri berarti kan kita ngomong dampak gitu. Dampak yang paling terasa alhamdulillah di titik sekarang merchandise band lokal di Makassar laku pesat. Itu dulu aja," ujar Ardi.

Ia melanjutkan, "Kalau dulu anak band mungkin dengan bangga memakai band-band luar atau band nasional. Sekarang akhirnya dengan bangga memakai band-band merchandise band lokal gitu. Itu yang kita appreciate itu adalah dampak luar biasa," ungkap Ardi.

Buat Ardi Siji, tantangan terbesar industri musik Makassar hari ini bukan soal minimnya kesempatan. Panggung ada, event ramai, bahkan merchandise band lokal laku keras. Masalahnya justru ada di pola pikir yang masih kaku dan standar sukses yang terlalu sempit.

Ia menegaskan, "Tantangan bukan soal tidak ada peluang, tapi soal mindset dan standar yang kaku." Banyak band masih merasa harus mengikuti template tertentu agar dianggap berhasil. Padahal, menurut Ardi, setiap band punya jalurnya sendiri.

"Nggak perlu ikut standar band harus seperti apa. Setiap band punya jalurnya sendiri." Baginya, industri akan jauh lebih sehat kalau pelaku kreatif berhenti membandingkan diri dengan pakem lama dan mulai fokus pada keberlanjutan.

Kekuatan Kecil yang Konsisten

Salah satu poin paling relate buat musisi adalah soal bertahan hidup tanpa harus viral dulu. Ardi membongkar logika sederhana soal ekonomi band yang sering dianggap rumit.

"Kalau band punya 500 fans loyal yang spending 500 ribu per tahun, itu cukup buat hidupin satu manajemen dengan gaji UMR." Angka ini terdengar realistis, bahkan achievable.

Pesannya jelas, sukses nggak selalu soal headline besar atau panggung megah. Konsistensi dan hubungan dengan fans justru jadi fondasi paling kuat. Di dunia yang serba cepat, band yang tahu cara bertahan punya nilai lebih.

Regenerasi Kreatif yang Berani Beda

Dari sudut pandang Dian Megawati, posisi Makassar di peta musik nasional juga sudah berubah drastis. Kota ini bukan lagi sekadar persinggahan.

"Kalau sederhananya mungkin, kalau misalkan di restoran itu ada buku menu. Sekarang, kalau untuk kita bicara lingkup Makassar itu, kita bukan lagi jadi appetizer atau dessert. Kita sudah jadi main course. Keras. Itu semua tidak terjadi instan sebenarnya. Ada trigger-nya," ujar Dian.

Menurutnya, semua ini terjadi berkat peran pemain lama yang membuka jalan, sekaligus tanggung jawab regenerasi yang terus bergerak.

"Tapi itu juga tidak akan terjadi ketika kita tidak ada usaha. Bukan cuma mentang-mentang ada Kak Ardi, atau ada Juang, atau siapa ini yang bisa bantu. Ada juga sesuatu yang harus kita bikin. Itu yang saya lihat teman-teman sudah lakukan beberapa tahun belakangan," lanjutnya.

Dian menyoroti kualitas band Makassar yang kini punya karakter kuat dan bisa "menipu telinga" pendengar nasional. "Kalau orang dengar Divi atau Riloka tanpa tahu asalnya, siapa sangka itu dari Makassar?" Ini jadi bukti bahwa identitas lokal justru bisa jadi kekuatan.

Showbiz Jadi Pintu Belajar untuk Semua

Juang Manyala. (c) Istimewa

Sementara itu, Juang Manyala melihat showbiz sebagai gerbang masuk paling nyata ke industri kreatif Makassar. Event kini hadir hampir setiap akhir pekan, dari skala kecil sampai besar, dan tidak lagi eksklusif untuk pemain lama.

"Showbiz di Makassar ini banyak sekali event. Industri pertunjukannya sangat hidup. Bahkan bukan cuman di musik. Kayak industri pertunjukan kayak teater, tari bahkan. Atau musik underground juga. Itu padat sekali jadwalnya," cerita Juang.

Juang melanjutkan, "Showbiz itu penting karena dia yang buka pintu ke dunia industri kreatif di Makassar." Jalurnya pun beragam. "Ada yang mulai dari clothing, ada yang mulai dari jadi panitia event, ada yang akhirnya bikin band."
Ruang-ruang ini bukan cuma tempat tampil, tapi juga eksperimen. Dari coffee shop gig sampai festival, semuanya ikut membentuk mental, skill, dan cara berpikir pelaku kreatif.

Dari semua obrolan di Open Studio Riuh 2, satu benang merah terasa kuat. Ekosistem musik Makassar sudah hidup. Yang dibutuhkan sekarang bukan lagi validasi luar, tapi keberanian untuk percaya pada jalur sendiri. Dengan mindset yang lebih terbuka, konsisten, dan berani beda, musik Makassar bukan cuma bertahan, tapi siap melaju lebih jauh. Temukan informasi seputar obrolan tentang musik dan inspirasi berkarya lainnya dengan klik di sini!

(Setelah 8 tahun menikah, Raisa dan Hamish Daud resmi cerai.)

(kpl/wri)

Rekomendasi
Trending