Waspadai! 5 Ekspektasi Tak Masuk Akal yang Bisa Menghancurkan Hubungan Anda dan Pasangan
Diterbitkan:

Ilustrasi Pasangan Marah
Kapanlagi.com - Dalam menjalin hubungan, ekspektasi adalah bumbu yang tak terhindarkan. Ia mencerminkan harapan kita terhadap pasangan, mulai dari perhatian yang tulus hingga perilaku yang diinginkan. Namun, tak semua ekspektasi layak untuk diterima begitu saja. Ketika harapan-harapan tersebut melampaui batas realistis atau tidak mempertimbangkan kenyataan yang ada, hubungan kita bisa berubah menjadi ladang ketegangan dan konflik.
Seringkali, ekspektasi ini muncul tanpa kita sadari, tetapi dampaknya bisa sangat merusak kedekatan emosional antara pasangan. Biasanya, sumber dari ekspektasi yang tidak realistis ini berasal dari pengalaman masa lalu, trauma, atau keinginan ego untuk mendapatkan pengakuan.
Tanpa kita sadari, kita mungkin membawa luka lama atau ketakutan terdalam ke dalam hubungan, berharap pasangan dapat mengisi kekosongan tersebut. Namun, hubungan yang sehat tidak dapat dibangun di atas harapan yang tidak masuk akal. Sebaliknya, hubungan yang sukses memerlukan keseimbangan antara realitas, penerimaan, dan komunikasi yang terbuka.
Berikut ini adalah lima ekspektasi yang dapat menghancurkan hubungan Anda dan pasangan, yang dirangkum oleh Kapanlagi.com dari laman themindsjournal.com pada Rabu (22/1/2025). Mari simak bersama!
Advertisement
1. Pasangan Harus Menghabiskan Sebagian Besar Waktu dengan Saya
Banyak orang beranggapan bahwa cinta sejati berarti pasangan akan selalu ada di samping mereka, padahal kenyataannya, setiap individu memiliki tanggung jawab dan kehidupan pribadi yang harus dijalani.
Mengharapkan pasangan untuk selalu bersama bukan hanya tidak realistis, tetapi juga bisa membuat mereka merasa tertekan.
Hubungan yang sehat justru memerlukan keseimbangan antara kebersamaan dan waktu untuk diri sendiri memberi ruang bagi pasangan untuk mengejar aktivitas lain bukanlah tanda kurangnya perhatian, melainkan bukti kepercayaan dan penghormatan terhadap kehidupan mereka.
Oleh karena itu, penting untuk berkomunikasi secara terbuka mengenai kebutuhan akan perhatian, sambil tetap menghargai kebutuhan pasangan. Jika dirasa komunikasi kurang, cobalah menjadwalkan waktu khusus untuk berkumpul, seperti malam kencan atau kegiatan akhir pekan yang menyenangkan.
(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)
2. Pasangan Harus Tahu Apa yang Saya Rasakan tanpa Saya Mengatakannya
Banyak dari kita sering berharap pasangan bisa "membaca pikiran" kita, seolah-olah mereka tahu persis apa yang kita rasakan tanpa perlu berbicara. Misalnya, saat kita merasa sedih atau marah, kita cenderung menyimpan perasaan itu dan berharap pasangan bisa menebak alasannya.
Ketika mereka tidak memberikan respons yang kita harapkan, kita merasa seolah mereka tidak peduli. Namun, kenyataannya, pasangan kita bukanlah peramal. Ketidakmampuan mereka untuk memahami perasaan kita bukanlah tanda bahwa mereka tidak mencintai kita.
Komunikasi yang terbuka dan jujur adalah kunci untuk mencegah kesalahpahaman. Jadi, alih-alih berujar, "Kamu seharusnya tahu kenapa aku marah," lebih baik katakan langsung, "Aku merasa kesal karena...". Dengan begitu, pasangan kita dapat lebih memahami kebutuhan emosional kita tanpa merasa bingung atau disalahkan.
Advertisement
3. Pasangan Harus Sempurna
Mengharapkan pasangan Anda untuk memenuhi semua standar sempurna hanya akan membawa kekecewaan yang tak berujung. Ingat, tidak ada manusia yang tanpa cela setiap individu pasti memiliki sisi kurangnya.
Jika Anda terus-menerus menyoroti kesalahan pasangan atau memaksa mereka untuk berubah sesuai keinginan Anda, yang terjadi justru jarak yang semakin melebar dalam hubungan. Sebuah hubungan yang sehat seharusnya berlandaskan pada penerimaan, termasuk menerima kekurangan pasangan.
Dengan melepaskan pencarian akan kesempurnaan, Anda bisa lebih menghargai kualitas baik yang dimiliki pasangan, yang membuat hubungan semakin berarti.
Jadi, alih-alih menuntut kesempurnaan, berikan apresiasi pada usaha pasangan untuk menjadi versi terbaik dari diri mereka. Mari bangun hubungan yang kokoh, berlandaskan penerimaan dan rasa hormat, bukan ekspektasi yang tak realistis.
4. Perbedaan Pendapat Tentang Moral
Selain itu, perbedaan pendapat tentang nilai-nilai moral dalam hubungan adalah hal yang wajar, mengingat latar belakang dan pengalaman hidup yang berbeda.
Alih-alih melihat perbedaan sebagai ancaman, cobalah diskusikan dengan sikap terbuka; jika perbedaan tersebut menyentuh fondasi hubungan, penting untuk mengevaluasi kembali apakah hubungan itu bisa bertahan.
5. Ingin Diprioritaskan
Selain itu, meski wajar menginginkan diri kita menjadi prioritas utama dalam hidup pasangan, penting untuk diingat bahwa setiap orang memiliki prioritas lain, seperti pekerjaan dan keluarga.
Jika kita merasa kecewa karena pasangan tidak selalu menempatkan kita di atas segalanya, mungkin itu lebih mencerminkan kebutuhan emosional kita sendiri.
Daripada menuntut perhatian penuh, mari kita fokus pada hubungan yang seimbang dengan berdiskusi tentang kebutuhan masing-masing, sambil tetap mendukung prioritas yang dimiliki oleh pasangan.
Introspeksi diri juga sangat penting untuk memahami apakah keinginan tersebut muncul dari ketidakamanan yang perlu kita atasi.
(Demo kenaikan gaji anggota DPR memanas setelah seorang Ojol bernama Affan Kurniawan menjadi korban. Sederet artis pun ikut menyuarakan kemarahannya!)
(kpl/rao)
M Rizal Ahba Ohorella
Advertisement