Tren Lari Maraton: Antara Gaya Hidup dan Kebutuhan
Diperbarui: Diterbitkan:

Arial NOAH saat di Tokyo Marathon 2025 credit: instagram.com/arielnoah
Kapanlagi.com - Beberapa tahun terakhir, olahraga lari semakin populer di kalangan masyarakat. Tidak hanya sebagai sarana menjaga kesehatan fisik, lari juga menjadi bagian dari gaya hidup modern yang identik dengan pola hidup sehat, komunitas, hingga ajang kompetisi seperti maraton. Dari jalanan kota hingga lintasan alam, para pelari hadir dengan motivasi yang beragam, ada yang sekadar ingin bugar, ada pula yang menargetkan pencapaian prestasi.
Meski begitu, memulai kebiasaan berlari tidak selalu mudah. Banyak orang merasa cepat lelah, pusing, atau bahkan takut cedera. Di sisi lain, ada pula mitos seputar lari yang membuat orang ragu untuk mencoba.
Biar nggak salah, KapanLagi mengajak dr. Muhammad Irsyad Nurudin dari Lawang Medika untuk membahas beberapa hal penting seputar olahraga lari: mulai dari manfaat, persiapan, hingga cara melakukannya dengan aman dan efektif.
Advertisement
1. Kenapa Baru Lari Sebentar Sudah Pusing? Kenali Penyebabnya
dr. Muhammad Irsyad Nurudin dari Lawang Medika (dok. pribadi)
dr. Muhammad Irsyad Nurudin: Perlu dicari tahu dulu apakah saat mau mulai lari dalam kondisi dehidrasi? gula darah rendah? Kurang tidur? Tanpa pemanasan?
Jika kekurangan oksigen dari udara sepertinya tidak, yang perlu dicari tau lebih dalam Adalah terkait kondisi tubuh. Defisiensi zat besi mungkin saja bisa jadi penyebab, dikarenakan oksigen terhambat untuk didistribusikan, oksigen banyak diambil oleh otot untuk melakukan aktifitas, sehingga yang tersedia untuk otak sedikit turun
(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)
2. Seberapa Besar Dampak Lari bagi Kesehatan Tubuh dan Jiwa?
dr. Muhammad Irsyad Nurudin: Aktivitas fisik kuat menurunkan risiko kematian di semua kategori BMI (walau pada obesitas derajat tinggi risikonya tetap lebih besar). Namun tidak sepenuhnya menghapus risiko obesitas. Intinya bergerak dan menjaga komposisi tubuh penting. Jangan memaksakan obesitas untuk lari ya, kondisi obesitas lebih baik berolahraga renang.
Berdasar British Journal of Sports Medicine, penelitian Meta-analisis menunjukkan pelari punya risiko kematian lebih rendah (sekitar 23-30%). Bahkan volume lari sedikit pun sudah memberi manfaat.
Beberapa penelitian menyebutkan aktivitas fisik (termasuk lari) menurunkan gejala depresi, cemas, dan distress. Efeknya moderat hingga besar pada banyak populasi. Bahkan pada beberapa studi, "running therapy" menjadi antidepresan untuk perbaikan gejala, dengan keuntungan fisik lebih baik. Tetap diskusikan dengan dokter jika ada keluhan yang tidak kunjung membaik.
Advertisement
3. Panduan Memulai: Dari Joging Hingga Persiapan Marathon
dr. Muhammad Irsyad Nurudin: Mulai aja dari joging sebanyak 3x/minggu. Sisipkan rest day di antaranya. Setelah 8-12 minggu lari dengan stabil dan konsisten, baru pelan-pelan tambah jarak (long run mingguan). Marathon memungkinkan setelah 6-12 bulan latihan. Naikan intensitas dengan konsisten dan jangan terburu-buru. Couch to 5K (C25K) adalah salah satu program yang bisa dipakai untuk orang yang mau memulai lari. Gak peduli kamu di level manapun, kamu bisa mulai lari dengan program ini.
4. Hal Penting yang Wajib Diperhatikan Sebelum Berlari
dr. Muhammad Irsyad Nurudin: Lari merupakan olahraga cardio, di mana fokusnya ada pada jantung dan paru. Yang perlu diperhatikan adalah keselamatan dahulu dengan cara tau Batasan.
- Pastikan tidak ada masalah pada jantung dan paru-paru, jika ada kondisi bawaan atau riwayat sakit tertentu, perlu konsultasi dengan dokter spesialis untuk menentukan batasan cukupnya agar tidak berlebihan.
- Selalu persiapkan diri ketika akan melakukan olahraga, jika tidak terbiasa jangan dipaksakan dengan kegiatan dadakan.
- Lakukan pemanasan terlebih dahulu.
- Setting alarm jika denyut jantung melebihi batas aman.
- Hindari cedera dengan menggunakan sepatu yang tepat, hindari jalanan yang tidak rata.
- Cukupi kebutuhan cairan.
- Jika ada keluhan seperti pusing, nyeri kepala, lemas, nyeri otot dan sebagainya hentikan dulu kegiatan.
- Istirahat cukup untuk recovery tubuh yang cukup.
5. Mitos dan Fakta Seputar Lari yang Perlu Diluruskan
dr. Muhammad Irsyad Nurudin:
Lari bikin betis makin besar:
Secara umumnya tidak. hipertrofi betis(pembesaran otot betis) lebih terkait latihan beban /menanjak.
Meluruskan/angkat kaki setelah lari mencegah varises:
Belum pasti. Varises lebih disebabkan oleh faktor genetik. Elevasi kaki bantu mengalirkan darah pada vena, tapi tidak bisa dipastikan sebagai suatu tindakan yang tepat untuk pencegahan.
Anak 2-5 tahun lari biar tambah tinggi:
Belum pasti. Aktivitas fisik bagus untuk kesehatan, tapi bukan untuk tujuan menaikkan tinggi badan.
(Demo kenaikan gaji anggota DPR memanas setelah seorang Ojol bernama Affan Kurniawan menjadi korban. Sederet artis pun ikut menyuarakan kemarahannya!)
(kpl/jje)
Advertisement