The Evolution of Jakarta’s Street Food: Ketika Rasa dan Perjuangan Bertemu dalam Satu Kisah
Diperbarui: Diterbitkan:

Dokumentasi oleh Jureke
Kapanlagi.com - Jakarta tak pernah kehabisan cerita soal makanan jalanan. Dari pagi hingga malam, aroma menggoda dari gerobak dan warung tenda menjadi bagian dari denyut hidup kota. Seiring waktu, keberadaan street food di Jakarta pun tak hanya bertahan, tapi juga berkembang mengikuti selera dan zaman. Evolusi inilah yang menjadi napas utama dalam buku The Evolution of Jakarta’s Street Food.
Karya kolaboratif dari Stefu Santoso, Jureke, Anton Diaz, dan Rahmad Gunawan ini diterbitkan oleh Red and White Publisher, serta mengangkat kisah perjuangan di balik setiap piring yang penikmat kuliner rasakan di pinggir jalan. Setiap halamannya mengajak pembaca menyelami evolusi kuliner jalanan Jakarta melalui cerita yang hidup dan ilustrasi yang memikat.
Mulai dari jejak kuliner sejak era kolonial hingga transformasi di era digital, buku ini menyajikan linimasa lengkap yang memperlihatkan bagaimana street food Jakarta terus beradaptasi dengan zaman, tanpa kehilangan jati dirinya. Tak heran, bila buku ini berhasil meraih penghargaan ke-2 Terbaik di Dunia dalam kategori Street Food pada Gourmand World Cookbook Awards 2025.
Advertisement
1. Penghormatan untuk Para Pahlawan Pinggir Jalan
Dokumentasi oleh Jureke
Jureke, salah satu penulis dalam buku The Evolution of Jakarta's Street Food, menyampaikan bahwa karya ini lahir dari rasa hormat yang mendalam kepada para pahlawan kuliner di pinggir jalan. Mereka adalah para pedagang kaki lima dan pedagang pasar tradisional yang tanpa lelah memberi makan kota ini setiap hari.
Dalam wawancara eksklusif, ia menekankan bahwa buku ini bukan hanya soal makanan, melainkan tentang dedikasi dan perjuangan manusia yang sering tak terlihat sorotan kamera. "Setiap hari, mereka tiba di pasar sejak subuh, bekerja tanpa mengenal libur, tak peduli apakah itu hari Minggu atau hari besar. Bahkan banyak dari mereka yang telah hidup di dunia pasar sejak kecil, dan secara turun-temurun," cerita Jureke.
"Di tengah kerasnya hidup, mereka tetap melayani dengan senyum. Inilah yang menggerakkan kami menulis buku ini, untuk menghormati mereka, menceritakan kisah mereka, dan menunjukkan bahwa di balik setiap rasa yang kita nikmati, ada semangat luar biasa yang layak dihargai," sambungnya.
Meski sudah banyak buku yang membahas street food dari berbagai belahan dunia, namun belum ada yang secara mendalam mengulas evolusi kuliner kaki lima Jakarta dari berbagai sisi, baik sejarah, perkembangan bisnis, maupun kehidupan nyata para penjualnya. Di sinilah, The Evolution of Jakarta's Street Food hadir dengan format berbeda, yaitu sebagai bentuk dokumentasi yang tidak hanya mengangkat keberagaman rasa, tetapi juga memberi penghormatan kepada para pelaku kuliner yang selama ini bekerja keras untuk membentuk identitas kuliner ibu kota.
(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)
2. Menelusuri Jejak Kuliner Lewat Langkah Kaki dan Cerita
Dokumentasi oleh Jureke
Proses penulisan The Evolution of Jakarta's Street Food bukanlah hal yang instan. Jureke mengungkapkan bahwa buku ini melalui perjalanan yang panjang dan penuh pertimbangan agar setiap aspeknya dapat tersusun dengan matang. Di balik setiap lembarannya, tersimpan kisah nyata dari para pedagang kaki lima yang ditemui langsung di lapangan. Pertemuan-pertemuan sederhana itu pun juga membawakan makna akan perjuangan dan ketulusan dalam hidup.
Di sisi lain, proses riset yang dilakukan tidak hanya bertumpu pada literatur atau data sekunder. Pak Anton Diaz, yang dikenal memiliki ketertarikan besar pada sejarah, menjadi ujung tombak dalam penelusuran lapangan. "Ia dan tim terjun langsung ke jalan, berjalan kaki menyusuri gang, berdialog dengan para pelaku UMKM, mencicipi makanan khas, dan menggali cerita-cerita lokal yang kerap terlupakan. Pendekatan ini tentu menjadikan buku The Evolution of Jakarta's Street Food bukan hanya dokumentasi sejarah kuliner, tetapi juga potret hidup dari para penjaja makanan yang membentuk identitas kota Jakarta," ujar Jureke.
Bersaing di antara ratusan karya internasional dalam kategori Street Food C15, The Evolution of Jakarta's Street Food berhasil membawa nama Indonesia ke podium dunia. Meskipun posisi pertama ditempati buku Guida Street Food 2025 dari Italia yang diterbitkan oleh Gambero Rosso, Indonesia tetap patut berbangga karena berhasil meraih peringkat kedua. Ini merupakan kali pertama sebuah buku yang secara khusus mengangkat kuliner kaki lima Jakarta mendapatkan pengakuan setinggi ini di panggung global.
Advertisement
(Demo kenaikan gaji anggota DPR memanas setelah seorang Ojol bernama Affan Kurniawan menjadi korban. Sederet artis pun ikut menyuarakan kemarahannya!)
(kpl/glo)
Gloria Trivena May Ary
Advertisement