Kapanlagi.com - Istilah Tunjangan Hari Raya (THR) mungkin telah dikenal dengan baik oleh para pekerja di Republik Indonesia. Pasalnya gaji tambahan yang diberikan setiap mendekati lebaran ini sangat dinanti-nantikan. Tujuannya adalah untuk membeli sandang baru yang dapat dikenakan untuk menyambut hari kemenangan.

Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, THR merupakan pendapatan non upah yang wajib dibayarkan oleh pengusaha kepada pekerja/buruh atau keluarganya menjelang Hari Raya keagamaan. THR paling lambat dibayarkan satu minggu sebelum hari raya bersangkutan.

Nah, kira-kira siapa yang menggagas keberadaan THR ini? Adalah Soekiman Wirjosandjojo yang mencetuskan ide pemberian THR. Pria yang menjadi tokoh Masyumi ini merupakan Perdana Menteri sekaligus Menteri Dalam Negeri RI ke-6 dan dilantik pada tahun 1951.

Saat itu, Soekiman memberikan THR pada para pegawai di akhir bulan Ramadan dengan tujuan mensejahterakan pamong praja (PNS). Besaran nilai THR saat itu adalah Rp 125 hingga Rp 200 yang setara dengan Rp 1,1 juta hingga Rp 1,75 juta saat ini.

Tidak hanya memberi THR bagi pegawai, Kabinet yang dipimpin oleh Soekiman memberikan beras tiap bulan pada para pegawai. Meski demikian, kebijakan ini mendapatkan reaksi keras dari kalangan buruh karena menganggap pemerintah tidak adil.

Para buruh berdalih bahwa mereka telah bekerja keras namun nasib mereka tetap miskin. Sehingga kebijakan THR ini ditentang dengan aksi mogok kerja para buruh. Pemberian THR ini awalnya berbau politis karena Soekiman hendak mengambil hati PNS yang didominasi kaum ningrat dan TNI. Namun pada perkembangannya, seluruh pekerja di Indonesia kini mendapatkan THR tiap menjelang lebaran. Jadi, jangan lupa berterima kasih pada Pak Soekiman ya KLovers ;)