Petualangan Sahur On The Road, Menikmati Makan Sahur Sambil Berkonvoi di Jalan!
Diterbitkan:

Ilustrasi tradisi berkeliling membangunkan sahur. (credit: pixabay/hosnysalah)
Kapanlagi.com - Setiap bulan Ramadan, momen sahur menjadi salah satu yang paling ditunggu oleh umat Muslim sebelum menjalankan ibadah puasa. Salah satu fenomena yang mencuri perhatian di berbagai kota besar adalah "Sahur on the Road" (SOTR).
Kegiatan seru ini mengajak orang-orang untuk berkumpul dan makan sahur sambil berkonvoi di jalanan. Pada awalnya, SOTR memiliki tujuan mulia: berbagi makanan kepada mereka yang kurang beruntung, seperti tunawisma dan pekerja malam.
Namun, seiring berjalannya waktu, SOTR mengalami perubahan yang cukup signifikan. Dari aksi sosial yang penuh makna, kegiatan ini kini seringkali menimbulkan berbagai masalah, mulai dari kemacetan yang parah, kebisingan yang mengganggu, hingga bentrokan antar kelompok yang tidak jarang terjadi.
Melihat dampak negatif yang semakin meningkat, banyak pemerintah daerah akhirnya mengambil langkah tegas dengan melarang kegiatan ini demi menjaga keamanan dan ketertiban selama bulan suci Ramadan.
Lalu, bagaimana sebetulnya sejarah awal SOTR? Mengapa kegiatan yang dulunya dianggap positif kini beralih menjadi sesuatu yang berbahaya dan dilarang di banyak tempat? Simak ulasan lengkapnya untuk memahami lebih dalam tentang fenomena Sahur on the Road ini, dirangkum oleh Kapanlagi.com pada Selasa (4/3).
Advertisement
1. Apa Itu Sahur on The Road dan Bagaimana Sejarahnya?
Sahur on the Road (SOTR) adalah tradisi Ramadan yang penuh makna, di mana komunitas-komunitas berkumpul untuk berbagi makanan sahur kepada mereka yang membutuhkan, seperti pekerja malam dan tunawisma.
Fenomena ini bermula di awal tahun 2000-an dan dengan cepat merebak di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya, menjadi momen yang dinanti-nanti.
Peserta SOTR, yang biasanya bergerak dalam kelompok besar dengan kendaraan bermotor, tak hanya membagikan makanan, tetapi juga menggelar pengajian dan sahur bersama di masjid.
Namun, seiring berjalannya waktu, semangat sosial yang menggerakkan SOTR mulai memudar.
Kini, banyak yang lebih fokus pada kesenangan berkumpul dan konvoi di jalan, bahkan ada yang berperilaku ugal-ugalan, sehingga SOTR pun mulai mendapatkan sorotan negatif dari masyarakat dan aparat keamanan.
(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)
2. Mengapa Sahur on The Road Dilarang di Banyak Kota?
Meskipun berawal dengan niat baik, fenomena Sahur on The Road (SOTR) kini justru menjadi sumber berbagai masalah yang membuatnya dilarang di banyak daerah.
Salah satu masalah utama adalah kemacetan yang ditimbulkan oleh rombongan kendaraan besar yang menyumbat jalan-jalan utama, ditambah dengan suara bising knalpot dan teriakan peserta yang mengganggu ketenangan warga.
Tak hanya itu, potensi tawuran antar kelompok juga mengintai, dengan beberapa insiden bahkan melibatkan senjata tajam, mengancam keselamatan banyak orang.
Pelanggaran lalu lintas pun marak, di mana peserta seringkali berkendara melawan arus, tanpa helm, bahkan dalam keadaan mabuk, yang meningkatkan risiko kecelakaan fatal.
Di sisi lain, kegiatan ini juga disusupi oleh kelompok geng motor yang menyalahgunakannya untuk aksi kriminal, serta laporan tentang penyalahgunaan narkoba dan minuman keras.
Akibatnya, pemerintah daerah seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya terpaksa mengambil langkah tegas dengan melarang SOTR dan menerapkan patroli ketat untuk menjaga keamanan dan ketertiban.
Advertisement
3. Bagaimana Kebijakan Pemerintah dalam Mengatasi SOTR?
Dalam upaya menanggulangi dampak negatif dari kegiatan Sahur on The Road (SOTR), pemerintah dan aparat keamanan telah mengambil langkah tegas dengan menerapkan sejumlah kebijakan.
Di berbagai kota, seperti Jakarta dan Depok, larangan resmi terhadap SOTR sudah dikeluarkan, di mana siapapun yang melanggar akan dibubarkan oleh petugas.
Untuk memastikan keamanan, aparat melakukan patroli malam selama bulan Ramadan, dengan mendirikan posko di lokasi-lokasi strategis guna memantau pergerakan kelompok yang berpotensi terlibat dalam SOTR.
Bagi mereka yang tetap nekat melanjutkan kegiatan ini, pihak kepolisian tidak segan-segan untuk membubarkan dan mendata peserta, serta memberikan sanksi sesuai hukum jika ditemukan pelanggaran atau tindakan kriminal.
4. Alternatif Kegiatan Sahur yang Lebih Aman dan Bermanfaat
Meskipun Sahur on The Road kini dilarang, semangat berbagi di bulan Ramadan tetap bisa berkobar dengan cara yang lebih aman dan bermanfaat! Komunitas dapat men
ggelar sahur bersama di masjid, menciptakan suasana hangat dan kondusif. Selain itu, kolaborasi dengan lembaga sosial resmi untuk menyalurkan bantuan makanan sahur ke panti asuhan atau rumah singgah juga menjadi pilihan yang mulia.
Tak ketinggalan, membuka dapur umum di lingkungan sekitar untuk menyediakan makanan sahur bagi yang kurang mampu adalah langkah nyata dalam berbagi.
Dan alih-alih berkeliling, membagikan paket sahur di lokasi-lokasi strategis seperti terminal, stasiun, atau pasar malam bisa menjadi solusi yang efektif.
Dengan alternatif-alternatif ini, kita dapat merayakan Ramadan dengan penuh makna tanpa mengabaikan aspek keamanan dan kenyamanan.
(Demo kenaikan gaji anggota DPR memanas setelah seorang Ojol bernama Affan Kurniawan menjadi korban. Sederet artis pun ikut menyuarakan kemarahannya!)
(kpl/rao)
M Rizal Ahba Ohorella
Advertisement