Perjalanan Batik dari Masa ke Masa, Warisan Budaya yang Bertransformasi Jadi OOTD Kekinian

Penulis: Editor KapanLagi.com

Diterbitkan:

Perjalanan Batik dari Masa ke Masa, Warisan Budaya yang Bertransformasi Jadi OOTD Kekinian
Ilustrasi batik. (c) Odua/Depositphotos.com

Kapanlagi.com - Siapa sangka kain yang dulu hanya boleh dipakai raja, sekarang bisa kita temui di kantor, kampus, atau saat nongkrong bareng teman? Di masa kejayaan kerajaan Jawa, batik bukan sekadar kain bermotif indah, tapi simbol status sosial. Corak tertentu, seperti parang rusak atau sido mukti, dianggap sakral dan hanya pantas dikenakan oleh raja dan keluarganya. Rakyat biasa? Jangan harap bisa sembarangan pakai.

Batik kala itu juga berfungsi sebagai 'cara ngobrol tanpa kata-kata.' Motif yang dikenakan bisa mencerminkan doa, harapan, bahkan posisi sosial. Dengan kata lain, batik adalah media komunikasi visual yang hanya bisa ‘dibaca’ oleh kalangan tertentu.

1. Batik sebagai Wajah Keragaman Daerah

Batik sebagai Wajah Keragaman Daerah

Seiring waktu, batik keluar dari tembok keraton dan hadir di kehidupan masyarakat luas. Ia menjadi bagian dari busana adat, ritual sakral, hingga pakaian sehari-hari. Setiap daerah punya ciri khas sendiri.

Batik keraton tampil anggun dan penuh aturan, mencerminkan status sosial dan budaya klasik. Sementara batik pesisir lebih cerah dan bebas, banyak dipengaruhi budaya luar, sehingga tampilannya lebih ekspresif. Ada juga batik daerah akulturatif, seperti di Lasem dan Papua, yang memadukan simbol alam dan elemen etnis lokal, menjadikan setiap kain seperti kanvas identitas budaya masing-masing wilayah.

Satu kain bisa menjadi 'kanvas' identitas lokal yang kemudian digabungkan, semua motif ini ibarat mozaik yang menampilkan keragaman sekaligus kesatuan Indonesia.

(Kondisi Fahmi Bo makin mengkhawatirkan, kini kakinya mengalami sebuah masalah hingga tak bisa digerakkan.)

2. Dari Canting ke Printing: Evolusi Teknik Pembuatan Batik

Dari Canting ke Printing: Evolusi Teknik Pembuatan Batik

Awalnya, batik dibuat manual dengan canting berisi malam panas, satu demi satu motif ditorehkan dengan sabar. Hasilnya halus dan eksklusif, tapi memakan waktu lama.

Kemudian muncul batik cap, memakai stempel tembaga bermotif batik. Lebih cepat, motif bisa berulang rapi, produksi pun efisien. Masuk era industri tekstil, printing memungkinkan motif batik diproduksi massal dan lebih terjangkau.

Di era modern, desainer kreatif menggabungkan teknik klasik dan kontemporer, yaitu batik tulis dipadukan cap, motif klasik dimodifikasi jadi lebih modern, atau diaplikasikan di tas, sepatu, dan bahkan digital print. Fleksibilitas ini membuat batik tetap relevan tanpa kehilangan akar budaya.

3. Batik Mendunia Warisan Budaya yang Diakui UNESCO

Perjalanan panjang batik dari teknik tradisional hingga modern justru semakin menguatkan posisinya sebagai warisan budaya yang hidup. Dari batik tulis yang detail, batik cap yang praktis, hingga batik printing yang massal, semuanya menunjukkan satu hal. Batik bisa beradaptasi dengan zaman tanpa kehilangan akar budayanya. Fleksibilitas inilah yang bikin batik makin dilirik dunia.

Puncaknya terjadi pada 2 Oktober 2009, ketika UNESCO menetapkan batik Indonesia sebagai Warisan Budaya Takbenda. Pengakuan ini jadi bukti bahwa batik bukan sekadar kain bermotif indah, tapi tradisi, pengetahuan, dan identitas bangsa yang diwariskan lintas generasi.

Sejak saat itu, setiap tanggal 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional momen kebanggaan ketika seluruh masyarakat Indonesia kompak memakai batik, dari pejabat sampai pelajar.

Pengakuan ini menegaskan bahwa batik bukan cuma motif cantik, tapi juga identitas bangsa yang hidup, berkembang, dan diwariskan lintas generasi.

4. OOTD Kekinian: Batik Siap Jadi Fashion Statement

OOTD Kekinian: Batik Siap Jadi Fashion Statement

Batik kini nggak lagi terasa kaku. Desainer muda sukses mengemasnya menjadi outfit kekinian, mulai dari kemeja batik kasual untuk dipakai ke kantor, outer oversized yang nyaman untuk hangout, hingga dress minimalis yang tetap chic. Tak ketinggalan, aksesori seperti sneakers dan tas bermotif batik menambahkan sentuhan stylish yang membuat batik relevan di gaya sehari-hari generasi muda.

Generasi muda bisa memakai batik di acara formal maupun santai. Dengan begitu, batik bukan cuma warisan budaya UNESCO, tapi juga fashion statement global yang stylish, dinamis, dan relevan untuk masa kini dan masa depan.

Penulis: Sri Cahayati

(Transformasi mencengangkan! Asri Welas sekarang terlihat makin cantik dan hot!)

(kpl/wri)

Rekomendasi
Trending