Media Visual: Gerbang Menuju Literasi Anak Urban
Diperbarui: Diterbitkan:

source: facebook.com/teddykw
Kapanlagi.com - Oleh: Teddy K Wirakusumah
Dosen Komunikasi Visual Fikom Unpad
Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso mengumpulkan ribuan anak dari seluruh penjuru di Jakarta untuk melakukan aktivitas membaca bersama di Monumen Nasional (Monas). Sejak saat itu 24 Agustus setiap tahun diperingati sebagai Hari Anak Jakarta Membaca.
Hari Anak Jakarta Membaca (Hanjaba) tahun 2025 ini jatuh di Hari Minggu sejak awal diniatkan bukan sekadar momen seremonial, melainkan panggilan untuk menumbuhkan kebiasaan membaca di kalangan anak muda yang kian memudar. Di tengah gegap gempita kehidupan urban Jakarta yang sibuk, membaca semakin tersisihkan oleh hiburan instan dari gawai, media sosial, dan game online.
Literasi anak Jakarta tidak bisa dipaksakan dengan model lama: duduk manis membaca buku tebal penuh teks. Anak-anak di kota besar terbiasa dengan visual yang dinamis, cepat, dan interaktif. Media bacaan yang menggabungkan teks dengan ilustrasi visual boleh jadi menjadi kunci menarik minat mereka. Media seperti Komik, novel grafis, hingga picture books jangan dipandang lagi sekadar hiburan, namun bisa jadi gerbang menuju literasi yang relevan dengan konteks anak urban.
Advertisement
Indonesia memiliki tradisi panjang dalam dunia komik. Sejak era 1950-an, nama-nama seperti R. A. Kosasih dengan komik wayangnya, Wid NS dan Hasmi dengan tokoh super hero Godam dan Gundala Putra Petir, sedangkan Hengki, Djair Warni, Ganes TH dengan cerita silatnya yang mempopulerkan Jaka Tuak, Jaka Sembung dan Si Buta dari Gua Hantu menjadi ikon budaya populer. Komik hadir di surat kabar, majalah, hingga buku cetak. Namun, memasuki 1990-an, komik Jepang (manga) mulai mendominasi rak toko buku Jakarta. Judul-judul seperti Doraemon, Dragon Ball, Detektif Conan, Naruto hingga Sailor Moon menjadi bacaan sehari-hari anak-anak.
1. Belakangan, Komik One Piece kian populer
ONE PIECE source: elexmedia.id
Sementara itu, buku bergambar untuk anak-anak usia dini berkembang pesat melalui penerbitan buku cerita rakyat, fabel, dan kisah-kisah edukatif dengan ilustrasi penuh warna. Dalam dua dekade terakhir, novel grafis juga mulai mendapatkan tempat, khususnya di kalangan remaja urban Jakarta, dengan hadirnya karya lokal maupun terjemahan.
Komik, novel grafis, dan buku bergambar bukan barang baru. Tetapi di era digital kini, kehadirannya menjadi semakin penting: mereka berfungsi sebagai jembatan media literasi yang adaptif dengan pola konsumsi visual anak-anak Jakarta.
(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)
2. Anak Urban dan Pola Literasi Visual
SAILOR MOON source: elexmedia.id
Anak-anak di kota besar seperti Jakarta tumbuh dalam ekosistem serba visual. Sejak kecil mereka sudah terbiasa dengan: Tayangan YouTube Kids, animasi di televisi, game dengan narasi visual interaktif, media sosial berbasis gambar dan video (Instagram, TikTok). Oleh sebab itu tak mengherankan jika bacaan berbasis teks murni sering dianggap "membosankan". Di sinilah buku bergambar, komik, dan novel grafis mengambil peran: menyajikan cerita dalam format yang akrab dengan pola visual anak urban.
Dengan menggabungkan teks dan gambar, literasi tidak lagi sekadar soal membaca kata-kata, tetapi juga membaca visual, memahami alur, menangkap ekspresi, dan menafsirkan simbol. Kemampuan ini relevan di era digital, di mana komunikasi visual kian menjadi dominan.
Advertisement
3. Buku Bergambar pengantar Literasi Dini
source: literasi.org
Bagi anak usia prasekolah dan SD awal, buku bergambar (picture books) memainkan peran penting. Jakarta, dengan gaya hidup cepat dan ruang keluarga yang kadang terbatas, memerlukan media literasi yang sederhana namun efektif.
Buku bergambar jelas merupakan media yang dapat membantu anak mengenali huruf dan kata sejak dini. Lewat buku bergambar anak-anak terbiasa menghubungkan bacaan dengan visual sehari-hari yang tampak di kota (jalan layang, TransJakarta, Monas, pasar tradisional, dll.). Bonusnya, media bergambar menjadi media pengikat antara orang tua dan anak saat dibacakan bersama.
4. Komik sebagai Pintu Gerbang Literasi
source: komik.pendidikan.id
Komik sering dipandang sebelah mata, seolah hanya hiburan ringan. Namun, berbagai penelitian literasi membuktikan bahwa komik memiliki sejumlah manfaat besar. Komik dapat mingkatkan minat baca anak. Anak yang enggan membaca buku teks bisa tertarik membaca komik karena tampilannya lebih hidup. Komik juga dapat melatih pemahaman narasi. Alur cerita dalam komik mengajarkan anak mengenal struktur naratif: pengenalan, konflik, klimaks, hingga resolusi. Meski lebih ringkas, teks dalam komik lazim memperkenalkan kosa kata baru yang kontekstual. Lebih dari itu, komik dapat mengasah imajinasi dan empati. Lewat visualisasi tokoh dan situasi membantu anak lebih mudah berempati serta membayangkan dunia cerita. Hal-hal tersebut bermanfaat besar sebagai fondasi sekaligus jembatan menuju literasi lanjutan.
5. Novel Grafis sebagai Literasi lanjutan
source: gpu.id
Novel grafis adalah bentuk bacaan yang berada di antara komik dan novel. Secara visual mirip komik, tetapi memiliki cerita yang lebih panjang, mendalam, dan kompleks. Novel grafis bisa membahas tema sosial, sejarah, hingga psikologis dengan gaya visual yang kuat.
Bagi anak Jakarta, novel grafis bisa menjadi medium belajar kritis, seperti mengajarkan kesadaran ekologi, tokoh sejarah, persahabatan, identitas, atau bahkan nasionalisme menjadi lebih mudah dipahami melalui narasi visual. Dengan demikian, novel grafis bukan hanya hiburan, melainkan sarana pendidikan emosional, sosial, bahkan politik bagi generasi muda kota.
Banyak anak yang memulai dengan komik, lalu beralih ke novel grafis kemudian akhirnya meningkat ke buku non-fiksi menjadi bukan kemustahilan, karena sudah terbiasa dengan proses membaca. Buku sebagai jendela untuk melihat dunia kian terbuka.
6. Komik dan Identitas Anak Jakarta
Apalagi, komik dan novel grafis dalam perkembangan terkini ternyata juga sangat menarik perhatian. Beyondtopia Legends, Komik Indonesia pertama yang terbit di Amerika Serikat meraih sukses. Hanya dalam waktu sebulan setelah diterbitkan FairSquare Comics, volume pertama Beyondtopia Legends di AS berhasil terjual habis lebih dari 1.400 kopi. Komik Beyondtopia Legends di penghujung 2023 juga mendapat respons positif di Asia Tenggara. Di Marina Bay Sands Expo & Convention Centre Singapore dan di Super Manila, Filipina versi kompilasi Beyondtopia Legends habis terjual tidak tersisa.
Kesuksesan Beyondtopia juga menjadi pencapaian besar bagi Indonesia. Sang Kreator, Bryan Valenza anak Jakarta lulusan Itenas ini telah berhasil menceritakan dongeng lokal legenda Indonesia dengan selera global. Sebut saja Komik Bandits of Batavia mengangkat cerita rakyat Betawi dalam kemasan modern. Komik ini berlatar di kota Batavia pada 1865 dengan tokoh utama Si Pitung, yang berhadapan dengan geng penjahat yang memiliki lima kekuatan supernatural yaitu keabadian, sihir, mistisisme, superposisi, dan kekuatan fisik murni. Atau komik Lutung Kasarung yang dikisahkan harus menyelamatkan dunia dan mencegah kiamat dari para zombi. Sedangkan komik Bawang Putih yang berperan sebagai penyihir dan harus menyelesaikan kasus supernatural di seluruh dunia.
Prestise Beyondtopia di panggung internasional tentunya akan menularkan semangat dan kebanggaan bagi anak muda yang menjadi target khalayaknya. Dengan begitu, literasi visual bukan hanya soal membaca, tetapi juga membangun identitas, kebersamaan dan kebanggaan terhadap budaya lokal dan nasional anak-anak muda.
Hari Anak Jakarta Membaca seharusnya menjadi titik balik cara kita memandang literasi. Membaca tidak lagi identik dengan buku tebal penuh teks, tetapi bisa hadir dalam bentuk yang lebih akrab bagi anak urban: komik, novel grafis, dan buku bergambar.
Di tengah tantangan era digital, media visual ini menjadi pintu masuk efektif untuk menumbuhkan minat baca, melatih imajinasi, serta membangun identitas anak-anak Jakarta. Yang terpenting, literasi tidak boleh dilihat sekadar kemampuan teknis, melainkan pengalaman emosional, sosial, dan kultural yang membentuk masa depan mereka.
Maka, ketika kita memperingati Hari Anak Jakarta Membaca, mari rayakan pula keberagaman medium membaca. Karena literasi sejati adalah ketika setiap anak menemukan pintunya sendiri, dan bagi anak Jakarta, komik, novel grafis, dan buku bergambar adalah salah satu kunci utamanya.
(Demo kenaikan gaji anggota DPR memanas setelah seorang Ojol bernama Affan Kurniawan menjadi korban. Sederet artis pun ikut menyuarakan kemarahannya!)
(kpl/jje)
Advertisement