Kapanlagi.com - Kemacetan sudah menjadi permasalahan klasik di Jakarta sejak puluhan tahun yang lalu. Lumpuhnya lalu lintas ibukota bahkan disebut sebagai salah satu yang terparah di Asia.

Guna mengatasi permasalahan tersebut, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok melakukan beberapa perbaikan pada moda transportasi publik, seperti penyelesaian jalur layang bus Transjakarta, pembangunan beberapa ruas jalan tol dalam kota, dan Light Rail Transit (LRT).

Namun, yang paling menarik adalah kelanjutan proses pembangunan Angkutan Cepat Terpadu atau Mass Rapid Transit (MRT). Sistem transportasi tersebut sebenarnya telah dirintis sejak tahun 1985.

Akan tetapi, baru dieksekusi saat Jokowi menjabat jadi gubernur DKI Jakarta pada 2013 dan dilanjutkan pada masa kepemimpinan Ahok dan Djarot Saiful Hidayat.

Kehadiran MRT nantinya diharapkan bisa mengurangi masa tempuh demi peningkatan mobilitas warga Jakarta. Pemangkasan waktunya terhitung lumayan.

Contohnya, jika di jam sibuk dari Lebak Bulus ke Bundaran HI memerlukan 1-2 jam, dengan MRT waktu yang dibutuhkan hanya sekitar 30 menit saja. Jadi, diharapkan masyarakat dapat berbondong-bondong beralih menggunakan transportasi massal.

Jalur MRT Jakarta sendiri akan membentang sepanjang 117km dengan dua koridor: Koridor Selatan – Utara (Lebak Bulus – Ancol Timur) sepanjang 23,8km dan Koridor Timur – Barat (Cikarang – Balaraja) sepanjang 87km.

Tak perlu khawatir, MRT diperkirakan dapat menampung 400.000 penumpang per hari dengan waktu tunggu (headway) kurang dari 5 menit. Jam operasinya sendiri dari jam 05.00 sampai 24.00.

Selain mengurangi kemacetan, MRT Jakarta juga bakal membuka lapangan kerja baru. Ini aspek penting agar pertumbuhan ekonomi ibukota makin membaik.

Diperkirakan selesai Desember 2018, MRT diprediksi sudah bisa beroperasi awal tahun 2019. Bagaimana, semakin tak sabar menunggunya kan, KLovers?