Kualitas SDM Indonesia Dipertanyakan, Apa yang Membuat Apple Enggan Bangun Pabrik di Tanah Air?

Penulis: Ricka Milla Suatin

Diperbarui: Diterbitkan:

Kualitas SDM Indonesia Dipertanyakan, Apa yang Membuat Apple Enggan Bangun Pabrik di Tanah Air?
Produk Apple (Source: iBox)

Kapanlagi.com - Apple, salah satu raksasa teknologi dunia, kini tengah menjadi sorotan karena rencananya untuk menggelontorkan investasi sebesar USD 1 miliar di Asia Tenggara. Meskipun jumlah tersebut terdengar menggiurkan, banyak yang mempertanyakan mengapa Indonesia tidak menjadi pilihan utama untuk pembangunan pabrik mereka. Justru, Vietnam yang diutamakan, meski pasar Indonesia menawarkan potensi yang sangat menjanjikan.

Ada beberapa alasan mengapa Apple memilih untuk berinvestasi di luar Indonesia. Salah satunya, Vietnam yang dikenal sebagai negeri naga biru, mampu memenuhi hingga 70% kebutuhan komponen Apple. Dengan data tersebut, jelas bahwa Vietnam memiliki daya tarik tersendiri bagi perusahaan teknologi raksasa ini.

Namun, pertanyaan besar pun muncul: mengapa Indonesia masih belum dilirik sebagai lokasi investasi yang aman? Apakah kualitas sumber daya manusia menjadi salah satu faktor yang memengaruhi keputusan ini? Mari kita simak fakta-fakta menarik mengenai situasi ini, yang dirangkum oleh Kapanlagi.com dari berbagai sumber pada Rabu (22/1).

1. Menilik Kualitas SDM Indonesia Dibanding Negara Tetangga, Cocok untuk Apple?

Kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia masih menjadi sorotan utama bagi para investor global, terutama di tengah persaingan ketat di dunia teknologi. Dalam World Talent Ranking (WTR) 2024, Indonesia terjebak di peringkat ke-46, jauh tertinggal dari Singapura yang berada di posisi ke-2 dan Malaysia di peringkat ke-33.

Peringkat yang rendah ini menciptakan keraguan mengenai kompetensi dan kesiapan tenaga kerja lokal, terutama bagi raksasa teknologi seperti Apple. Sementara itu, Vietnam justru melesat sebagai bintang di kawasan ASEAN, menjadi basis produksi utama Apple dengan kontribusi 70% terhadap kebutuhan komponen, sedangkan Indonesia hanya mampu menyuplai empat dari total 250 hingga 390 komponen yang diperlukan.

Dengan indeks kompetensi global yang hanya mencapai angka 60, Indonesia tampak kesulitan untuk bersaing, apalagi dengan Malaysia yang telah mengembangkan ekosistem teknologi mirip "Silicon Valley" mini.

"Mereka tahu bahwa konsumen Indonesia sebagai human capital indeksnya itu masih termasuk rendah," kata Direktur Ekonomi Digital CELIOS, Nailul Huda, dikutip dari merdeka.com.

2. Faktor yang Memengaruhi Keputusan Apple, Ada Rendahnya PISA sampai Kemampuan Negosiasi yang Belum Ideal

Apple tampaknya masih ragu untuk meramaikan industri di Indonesia, dan ada beberapa alasan menarik di balik keputusan ini. Pertama, rendahnya indeks investasi dan pengembangan talenta menjadi sorotan, di mana anggaran pendidikan per siswa di Tanah Air masih kalah bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya, berimbas pada hasil PISA yang mengecewakan dalam bidang matematika, sains, dan literasi.

Selain itu, ketidakpastian dalam negosiasi investasi juga menjadi hambatan; Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan bahwa proposal investasi Apple yang mencapai USD 100 juta masih jauh dari ekspektasi.

Terakhir, ekosistem teknologi di Indonesia juga belum cukup matang, berbeda dengan Malaysia dan Vietnam yang memiliki kawasan industri teknologi yang siap menarik perhatian investor besar. Dengan berbagai tantangan ini, langkah Apple untuk berinvestasi di Indonesia masih terhalang.

3. Peluang dan Tantangan SDM Indonesia: Iklim Bisnis Asing Sebenarnya Mulai Meningkat Sejak 2023

Meskipun menghadapi berbagai tantangan, Indonesia memiliki peluang emas untuk meningkatkan daya saing sumber daya manusia (SDM) di kancah global.

Menurut laporan WTR 2024, peringkat Indonesia dalam menarik talenta asing melesat pesat dari posisi ke-31 pada 2023 menjadi ke-17 pada 2024, menandakan bahwa iklim bisnis di Tanah Air semakin menggoda bagi tenaga kerja internasional.

Namun, tantangan masih ada, terutama dalam meningkatkan jumlah mahasiswa asing yang memilih belajar di Indonesia. Selain itu, skor PISA yang masih perlu ditingkatkan menjadi kunci agar generasi muda kita lebih unggul dalam literasi, matematika, dan sains.

Untuk mencapai semua ini, pemerintah perlu mengedepankan investasi pendidikan per siswa dan merancang program pelatihan yang sejalan dengan kebutuhan industri, demi menciptakan SDM yang siap bersaing di era global.

4. Insentif dan Negosiasi untuk Apple

Pada November 2024, pemerintah Indonesia mengeluarkan tawaran menarik untuk menggoda Apple berinvestasi di Tanah Air, termasuk keringanan pajak bagi perusahaan yang bersedia mendirikan pabrik. Agus Gumiwang, Menteri Perindustrian, optimis langkah ini bakal mendorong Apple untuk memperbesar investasinya.

Namun, ia menegaskan bahwa insentif tersebut harus sejalan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia dan infrastruktur. Tanpa dua elemen krusial ini, investor besar seperti Apple mungkin akan melirik negara lain yang lebih menjanjikan.

Dalam negosiasi yang akan datang, pemerintah juga menekankan pentingnya investasi yang adil, yang tidak hanya menguntungkan perusahaan, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan memberikan dampak positif bagi ekonomi lokal serta penerimaan negara.

"Yang akan kita utamakan dalam negosiasi nanti adalah skema pertama, yaitu Apple melakukan investasi untuk membangun pabrik," ujar Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, saat itu, merujuk Liputan6 Bisnis.

5. Belajar dari Negara Lain: Perlu Siapkan Regulasi Industri sampai SDM yang Memadai

Dalam upaya menarik investasi besar seperti yang dilakukan Apple, Indonesia sebaiknya meneladani keberhasilan negara tetangga seperti Singapura dan Vietnam. Singapura, yang meraih posisi kedua dalam WTR 2024, menunjukkan betapa pentingnya tenaga kerja yang terampil dan sistem pendidikan yang responsif terhadap kemajuan teknologi.

Sementara itu, Vietnam berhasil menciptakan rantai pasok yang solid untuk industri teknologi, sehingga mampu menarik perhatian investor global dengan fokus pada pengembangan ekosistem dan pelatihan tenaga kerja.

Menurut Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, Indonesia perlu mempersiapkan berbagai aspek, mulai dari kepastian regulasi impor hingga proses produksi yang ramah lingkungan, serta memperkuat sumber daya manusia melalui pembaruan materi pelatihan di sekolah vokasi dan peningkatan infrastruktur.

"Infrastruktur pendukung di kawasan industri belum sepenuhnya memadai. Biaya logistik juga mahal. Di sini tugas pemerintah pusat untuk bekerja sama dengan pemda bisa lebih dioptimalkan terutama revitalisasi fasilitas di kawasan industri existing," kata Bhima, mengutip ANTARA.

6. Mengapa Apple tidak memilih Indonesia untuk membangun pabrik?

Rendahnya kualitas SDM dan ekosistem teknologi menjadi alasan utama Apple enggan membangun pabrik di Indonesia.

7. Apa yang perlu dilakukan Indonesia untuk meningkatkan daya saing SDM?

Indonesia perlu meningkatkan investasi pendidikan, memperbaiki skor PISA, dan menyediakan pelatihan tenaga kerja yang relevan.

8. Bagaimana negara lain seperti Vietnam unggul dalam menarik investasi teknologi?

Vietnam unggul karena memiliki rantai pasok yang solid, tenaga kerja kompeten, dan ekosistem teknologi yang matang.

9. Apa peran indeks kompetensi global dalam menarik investasi?

Indeks kompetensi global mencerminkan kesiapan tenaga kerja suatu negara, yang menjadi pertimbangan utama bagi investor teknologi.

(kpl/rmt)

Rekomendasi
Trending